counters

Kamis, 21 Februari 2013

Bolehkah Menikahi Wanita yang Tidak Mau Berjilbab?



Bolehkah kita menikahi wanita yang tidak berjilbab sedangkan Kita (Laki2) telah berusaha untuk membujuknya? Apakah saya harus meninggalkannya?


Jawaban:



Ada seni tersendiri dalam memilih wanita sebagai calon istri. Kriteria utamanya adalah jangan sampai calon istri itu menjadi beban bagi suami karena memiliki cacat atau kekurangan dari sisi agama. Idealnya, sebaliknya, carilah istri yang sejak awal sudah terjamin dengan baik sisi agamanya. Sehingga beban anda untuk mengarahkan istri menjadi lebih ringan. Ini bila menggunakan akal sehat dan tentunya hal ini pula yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW ketika bersabda bahwa wanita itu dinikahi karena keturunan, kecantikan, hartanya dan agamanya. Maka perhatikanlah agamanya.

Kalau seorang suami memiliki istri yang nilai agamanya rendah, maka sejak awal dia memilih untuk mendaki jalan yang terjal, berat dan penuh dengan aral melintang. Sebaliknya, bila dia memiliki istri yang nilai agamanya sudah baik bahkan lebih baik dari dirinya, maka dia akan menikmati banyak kemudahan. Minimal dia tidak punya beban yang berarti. Karena istrinya sejak awal sudah shalihah, berakhlaq mulia, jujur, ramah, baik, taat, pengasih dan pandai menjaga auratnya.

Padahal untuk mendidik seorang wanita menjadi shalihah, bukanlah pekerjaan yang gampang. Bahkan sebenarnya harus sejak kecil terdidik dengan baik. Agar keshalihannya benar-benar asli lahir dari hasil pendidikan yang mendalam. Sebaliknya, bila keshalihan itu baru datang kemudian apalagi masih baru direncanakan, siapakah yang bisa menjamin bahwa arahan yang anda lakukan itu akan berhasil. Bahkan bisa jadi anda akan mengalami problem yang lebih besar. Sedangkan tanggung-jawab suami untuk mengarahkan istrinya adalah tanggung-jawab dunia akhirat. Di hari akhir nanti, kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh istri pastilah akan dipertanggung-jawabkan oleh juga suami. Sebab suami itu adalah pemimpin buat istrinya.

Maka secara akal sehat, tentu akan lebih baik mendapatkan istri yang sejak awal memang sudah mejadi wanita shalihah. Sama seperti lebih mudah mengajar murid-murid yang sejak awal memang sudah berprestasi. Tidak akan mengalami kendala berlebihan, sebab murid itu memang cerdas dan pandai menangkap pelajaran. Sebaliknya, mendidik anak yang bodoh, nakal, bandel dan tidak bisa diatur tentu sebuah problem tersendiri. Guru yang ditugaskan mengajar anak dengan tipe ini tentu harus punya mental, sabar, kerja keras dan siap mengadapi semua resiko. Itupun belum menjamin anak didiknya pasti berprestasi dan baik. Bahkan bisa jadi guru itu terperangkap dengan masalahnya sendiri. Setiap guru pasti akan memilih untuk bisa mengajar kelas yang isinya anak pintar semua ketimbang sebaliknya.

Ini bukan berarti kita harus menganak-tirikan wanita yang masih bermasalah dengan penerapan agamanya. Mereka tetap harus diarahkan, dibina dan didakwahi dengan baik. Tetapi bukan dalam konteks sebagai pasangan hidup. Sebab untuk menjadikan pasangan hidup, ada perintah dari Rasulullah SAW untuk mendapatkan yang terbaik dari sisi penerapan dan semangat beragama. Salah satu indikatornya adalah menutup aurat. Di sisi lain, tidak ada jaminan bahwa seseorang pasti bisa memberi petunjuk kepada orang yang dicintainya. Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS Al-Qashash: 56)

Dan sudah seringkali terjadi seorang suami gagal dalam mengajak istrinya menjadi muslimah yang baik. Bahkan seorang nabi sekalipun belum tentu mampu melakukannya. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa merasa yakin pasti mampu melakukannya.

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya, maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari Allah; dan dikatakan, "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk." (QS At-Tahrim: 10)

Di depan anda ada dua jalan dengan masing-masing resikonya. Silahkan anda pilih mana yang menurut akal sehat paling baik. 

Tidak ada komentar: