Bulan Ramadhan yang agung dan mulia ini
disebut juga sebagai Bulan Alquran (Syahrun Qur'an). Salah satu amanah yang
telah dibebankan kepada manusia adalah hidup sejalan dengan tuntunan Alquran.
Dan untuk mengemban amanah ini sangatlah berat. Saking beratnya, gunung akan
hancur berkeping-keping karena takut atas konsekuensinya.
Allah SWT berfirman:
Allah SWT berfirman:
لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ
عَلَىٰ جَبَلٍۢ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًۭا مُّتَصَدِّعًۭا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ
وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Kalau sekiranya Kami menurunkan Alquran
ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan takut kepada Allah SWT. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk
manusia supaya mereka berpikir." (al-Hasyr: 21).
Dalam kitab Bahrul Muhiith disebutkan bahwa, maksud ayat ini adalah celaan kepada manusia yang telah keras hatinya, dan tidak terpengaruh hatinya dengan Alquran. Jika gunung yang tegak dan kokoh saja tunduk dan patuh kepada Alquran tentu manusia harus lebih tunduk kepada Alquran.
Lalu, apakah kaum Muslimin sudah tunduk dan patuh kepada Alquran dan kandungan isinya? Apakah ketika dibacakan Alquran, mereka sudah menundukkan diri, merenungi isinya, kemudian berusaha mengamalkannya?
Apakah justru mereka mengingkari, bahkan berusaha mengganti hukum-hukum yang terkandung di dalam Alquran? Lantas, atas dasar apa kaum muslimin tidak serius mempelajari Alquran, memahaminya, membacanya, dan mengamalkan kandungan isinya.
Lebih ironis lagi, sebagian besar di antara mereka lebih mencintai paham kufur yang menyesatkan dari Barat daripada ajaran yang lahir dari Alquran al-Kariim. Padahal, siapa saja yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan ayat-ayat Allah tidak mungkin bisa masuk ke surga-Nya.
Allah SWT berfirman:
Dalam kitab Bahrul Muhiith disebutkan bahwa, maksud ayat ini adalah celaan kepada manusia yang telah keras hatinya, dan tidak terpengaruh hatinya dengan Alquran. Jika gunung yang tegak dan kokoh saja tunduk dan patuh kepada Alquran tentu manusia harus lebih tunduk kepada Alquran.
Lalu, apakah kaum Muslimin sudah tunduk dan patuh kepada Alquran dan kandungan isinya? Apakah ketika dibacakan Alquran, mereka sudah menundukkan diri, merenungi isinya, kemudian berusaha mengamalkannya?
Apakah justru mereka mengingkari, bahkan berusaha mengganti hukum-hukum yang terkandung di dalam Alquran? Lantas, atas dasar apa kaum muslimin tidak serius mempelajari Alquran, memahaminya, membacanya, dan mengamalkan kandungan isinya.
Lebih ironis lagi, sebagian besar di antara mereka lebih mencintai paham kufur yang menyesatkan dari Barat daripada ajaran yang lahir dari Alquran al-Kariim. Padahal, siapa saja yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan ayat-ayat Allah tidak mungkin bisa masuk ke surga-Nya.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا
وَٱسْتَكْبَرُوا۟ عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدْخُلُونَ
ٱلْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلْجَمَلُ فِى سَمِّ ٱلْخِيَاطِ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُجْرِمِينَ
"Sesungguhnya orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali
tidak akan dibukakan pintu-pintu langit (ampunan) dan mereka tidak (pula) masuk
surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami membalas orang-orang
yang berbuat kejahatan." (al-A'raaf 40).
Pada hakikatnya, orang yang menolak aturan-aturan Allah dan malah menggantinya dengan hukum-hukum positif buatan Barat adalah orang yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan ayat-ayat Allah. Orang-orang semacam ini tidaklah mungkin bisa masuk ke surga Allah, sebagaimana tidak mungkinnya unta masuk ke lubang jarum.
Hukum Allah adalah hukum terbaik. Tidak ada satu pun hukum yang bisa melebihi hukum Allah. Lalu, apakah pantas kita membuat/memproduk hukum menurut hawa nafsu dan akal kita dan mengesampingkan hukum terbaik (hukum Allah)? Lalu, apakah diri kita masih pantas berharap kepada surga Allah SWT, sementara kita masih meminggirkan Alquran?
Tugas kaum Muslimin adalah membangun peradaban manusia berdasarkan Alquran al-Kariim. Ini bisa diwujudkan dengan jalan menerapkan hukum-hukum yang terkandung di dalam Alquran di seluruh dimensi kehidupan. Ketika hukum-hukum Allah SWT ditegakkan akan tercipta tatanan masyarakat dan peradaban dunia yang agung dan mulia. Sebaliknya, ketika manusia enggan menerapkan aturan-aturan Allah SWT, bahkan memperjuangkan tegaknya peradaban kufur, mereka akan mendapat kesulitan dan kesempitan hidup
Pada hakikatnya, orang yang menolak aturan-aturan Allah dan malah menggantinya dengan hukum-hukum positif buatan Barat adalah orang yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan ayat-ayat Allah. Orang-orang semacam ini tidaklah mungkin bisa masuk ke surga Allah, sebagaimana tidak mungkinnya unta masuk ke lubang jarum.
Hukum Allah adalah hukum terbaik. Tidak ada satu pun hukum yang bisa melebihi hukum Allah. Lalu, apakah pantas kita membuat/memproduk hukum menurut hawa nafsu dan akal kita dan mengesampingkan hukum terbaik (hukum Allah)? Lalu, apakah diri kita masih pantas berharap kepada surga Allah SWT, sementara kita masih meminggirkan Alquran?
Tugas kaum Muslimin adalah membangun peradaban manusia berdasarkan Alquran al-Kariim. Ini bisa diwujudkan dengan jalan menerapkan hukum-hukum yang terkandung di dalam Alquran di seluruh dimensi kehidupan. Ketika hukum-hukum Allah SWT ditegakkan akan tercipta tatanan masyarakat dan peradaban dunia yang agung dan mulia. Sebaliknya, ketika manusia enggan menerapkan aturan-aturan Allah SWT, bahkan memperjuangkan tegaknya peradaban kufur, mereka akan mendapat kesulitan dan kesempitan hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar