Ibnu Umar
berkata, "Tiada seorang pun melainkan atas dirinya ada kewajiban
mengerjakan haji dan umrah."[1]
Ibnu Abbas
berkata, "Sesungguhnya ibadah haji itu kawan seiring dengan Umrah,
sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Allah yang artinya, 'Sempurnakanlah
ibadah haji dan umrah itu karena Allah'."[2]
Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Umrah ke umrah yang lain
adalah menghapuskan dosa di antara keduanya. Haji yang mabrur itu tidak ada
balasannya melainkan surga."
Mengerjakan
Umrah Sebelum Mengerjakan Haji
Ikrimah bin
Khalid mengatakan bahwa dia bertanya kepada Ibnu Urnar tentang umrah sebelum
haji, lalu Ibnu Umar menjawab, "Tidak mengapa." Ikrimah berkata,
"Ibnu Umar berkata, 'Nabi berumrah sebelum haji'."
Berapa Kali
Nabi Mengerjakan Umrah?
Mujahid berkata, "Saya dan Urwah Ibnuz Zubair pernah masuk ke masjid, tiba-tiba di sana ada Abdullah bin Umar sedang duduk bersandar kamar Aisyah, dan orang-orang melakukan shalat dhuha di masjid. Lalu, kami bertanya kepada Ibnu Umar tentang shalat mereka itu. Dia menjawab, 'Bid'ah.'[3] Kemudian aku bertanya kepadanya, 'Berapa kalikah Nabi berumrah?' Ia menjawab, 'Empat kali, salah satunya dalam bulan Rajab.' Maka, kami tidak mau mengulangi lagi, dan kami mendengar bunyi gosok gigi Aisyah Ummul Mukminin di dalam kamar. Kemudian Urwah berkata, 'Wahai ibunda, tidakkah engkau mendengar apa yang dikatakan ayah Abdur Rahman?' Aisyah balik bertanya, 'Apa yang dikatakannya?' Urwah berkata, 'Ia berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah berumrah empat kali, salah satunya dalam bulan Rajab.' Aisyah berkata, 'Semoga Allah memberikan rahmat kepada Abu Abdurrahman (Ibnu Umar). Setiap beliau berumrah, ia selalu menyaksikannya. Beliau tidak pernah umrah dalam bulan Rajab."
Qatadah berkata, "Saya bertanya kepada Anas, 'Berapa kali Nabi mengerjakan umrah?' Ia menjawab, ' (Beliau mengerjakan umrah) empat kali, (semuanya pada bulan Dzulqai'dah, kecuali yang bersama hajinya), yaitu umrah dari Hudaibiyah pada bulan Dzulqai'dah ketika beliau dihalang-halangi kaum musyrik. Umrah pada tahun berikutnya dalam bulan Dzulqai'dah, sesuai dengan perjanjian damai dengan mereka, dan umrah Jira'nah, yaitu ketika membagi rampasan Hunain, (dan umrah bersama hajinya).' Saya (Qatadah) bertanya, 'Berapa kali beliau mengerjakan haji?' Ia menjawab, 'Satu kali.'"
Abu Ishaq
berkata, "Aku bertanya kepada Masruq, Atha', dan Mujahid, lalu mereka
berkata, 'Rasulullah melakukan umrah pada bulan Dzulqai'dah sebelum beliau
mengerjakan haji.' Ia berkata, "Saya mendengar Bara' bin Azib berkata,
'Rasulullah berumrah dua kali pada bulan Dzulqai'dah sebelum beliau
berhaji.'"
Berumrah pada
Bulan Ramadhan
Mengerjakan
Umrah Pada Waktu Bermalam di Hashbah dan Waktu Malam Selain Itu
(Saya
berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian
dari hadits Aisyah.")
Mengerjakan
Umrah dari Tan'im
Abdurrahman
bin Abu Bakar ra. mengatakan bahwa Nabi saw menyuruhnya memboncengkan Aisyah di
belakangnya dan mengerjakan umrah dari Tan'im.
Berihram
Umrah Sesudah Mengerjakan Haji Tanpa Memberikan Hadyu
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah.")
Pahala Umrah
Itu Menurut Kadar Kelelahan Badan
(Saya
berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah yang diisyaratkan di atas.")
Orang yang
Berumrah Apabila Sudah Berthawaf Umrah Kemudian Keluar, Apakah Itu Sudah
Mencukupinya dari Mengerjakan Thawaf Wada'?
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah yang diisyaratkan di atas.")
Amalan-Amalan
yang Dilakukan dalam Umrah Adalah Sebagaimana yang Dilakukan Dalam Haji
Ya'la bin Umayyah mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi ketika beliau berada di Ji'ranah (waktu itu beliau mengenakan kain untuk berlindung, dan beliau disertai oleh beberapa orang sahabat) (Dalam satu riwayat: Tiba-tiba datanglah seorang Arab dusun) dengan mengenakan jubah dan di jubahnya ada bekas minyak, atau ia berkata: kekuning-kuningan [dalam satu riwayat: berlumuran dengan wewangian]), kemudian orang itu berkata, "Bagaimanakah yang engkau perintahkan kepadaku mengenai apa yang harus kukerjakan di waktu aku mengerjakan umrah?" (Nabi diam sejenak),[4] tiba-tiba Allah menurunkan wahyu kepada Nabi (dan dalam satu riwayat: lalu datanglah wahyu kepada beliau), lalu ditutuplah wajah Nabi dengan sehelai pakaian. Ya'la berkata, "Aku sendiri sebenarnya ingin sekali melihat wajah Nabi di saat beliau mendapatkan wahyu itu. Maka, Umar bertanya, 'Apakah engkau ingin melihat Nabi pada saat Allah menurunkan wahyu kepada beliau?' Aku menjawab, 'Ya.' (Lalu Ya'la datang sedang Rasulullah mengenakan pakaian yang digunakan untuk berlindung, lalu beliau memasukkan kepala beliau). Lalu, beliau menyingkap ujung pakaian itu dan aku melihat beliau. Tiba tiba wajah Nabi menjadi merah, mengeluarkan suara (saya kira ia berkata, "Bagaikan dengkur orang tidur"). Hal itu terjadi sesaat. Sesudah beliau sadar, beliau bertanya, 'Manakah orang yang bertanya tentang umrah tadi?' Lalu dicarilah orang itu, kemudian dibawa kepada beliau. Lalu, beliau bersabda, "Jika engkau hendak berumrah, maka lepaskanlah jubahmu dan bersihkanlah bekas wangiwangian dari dirimu dan pakaianmu. Bersihkanlah bekas kekuning-kuningannya. (Dalam satu riwayat: Adapun wewangian yang ada padamu, maka cucilah tiga kali, dan lepaskanlah jubahmu). Kemudian kerjakanlah dalam umrahmu itu sebagaimana apa yang engkau kerjakan dalam hajimu." (Saya bertanya kepada Atha', "Apakah yang beliau maksudkan dengan mencuci tiga kali itu membersihkannya?" Dia menjawab, "Ya.")
Kapankah
Seseorang yang Berumrah Itu Bertahalul
Atha'
berkata dari Jabir, "Nabi menyuruh para sahabatnya agar haji mereka diubah
menjadi umrah, dan agar mereka melakukan thawaf, lalu memendekkan (menggunting)
rambut, dan bertahalul."[5]
Abdullah bin
Aufa berkata, "(Kami bersama Nabi ketika 3/69) mengerjakan umrah, dan kami
pun mengerjakan umrah bersama beliau. Ketika beliau memasuki kota Mekah, maka
beliau mengerjakan thawaf dan kami berthawaf pula bersama beliau (dan beliau
mengerjakan dan kami pun shalat bersama beliau). Kemudian beliau menuju (dalam
satu riwayat: mengerjakan sa'i antara) Shafa dan Marwah, dan kami menuju ke
sana bersama beliau. Kami menutupi (melindungi) beliau dari anak-anak kaum
musyrikin dan dari kaum musyrikin itu sendiri kalau-kalau mereka mengganggu
Rasulullah (5/85). Seorang kawanku bertanya kepada Abdullah bin Abi Aufa,
'Apakah Nabi masuk ke dalam Ka'bah?' Ia menjawab, 'Tidak.' Sahabatku berkata,
'Ceritakanlah kepada kami apa yang beliau sabdakan mengenai Khadijah.' Ia
berkata, "Beliau bersabda, 'Berilah kabar gembira kepada Khadijah bahwa ia
akan memperoleh sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari bambu yang tidak
beruas. Di dalamnya tidak terdapat keributan dan tidak pula ada
kelelahan.'"
Abdullah
mantan budak Asma' binti Abu Bakar mengatakan bahwa ia mendengar Asma' setiap
kali melewati Hajun, ia mengucapkan, "SHALLALLAAHU ALAA MUHAMMAD"
'Semoga Allah melimpahkan rahmat atas Muhammad', sungguh kami telah singgah
bersama beliau di sini. Kami pada hari itu lemah, kendaraan kami sedikit, dan
bekal kami juga sedikit. Maka, berumrahlah saya, saudaraku Aisyah, Zubair,
Fulan, dan Fulan. Ketika kami menyentuh Baitullah kami bertahalul, kemudian
kami membaca talbiyah haji pada sore harinya."
Apa yang Diucapkan
Oleh Seseorang Apabila Telah Kembali dari Menunaikan Ibadah Haji, Umrah, atau
Peperangan
Abdullah bin
Umar r.a. mengatakan bahwa apabila Rasulullah pulang dari perang atau haji atau
umrah, beliau bertakbir pada setiap kali (naik 4/16) ke tempat yang tinggi
(dalam satu riwayat: dataran tinggi) di bumi tiga kali takbir, kemudian beliau
mengucapkan:

"LAAILAAHA
ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHULHAMDU, WAHUWA ALAA
KULLI SYAI-IN QADIIR, AAYIBUUNA (INSYA-ALLAH), TAA-IBUUNA, 'ABI DUUNA,
SAAJIDUUNA, LIRABBINAA HAAMIDUUNA, SHADAQALLAAHU WA'DAHU, WANASHARA ABDAHU,
WAHAZAMALAHZAABA WAHDAHU" "Tidak ada Tuhan melainkan Allah sendiri,
tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala puji, dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu. Kami kembali (insya Allah) bertobat, beribadah,
sujud, dan memuji kepada Tuhan kami, Mahabenar Allah dalam janji-Nya. Dia
menolong hamba-Nya, dan menghancurkan musuh-Nya sendirian)'."
Menyambut Orang Haji yang Baru Tiba dan Tiga Orang di atas Kendaraan
Ibnu Abbas
r.a. berkata, "Ketika Nabi tiba di Mekah, beliau disambut oleh anak-anak
kecil dari Banil Abdul Muthalib. Lalu, beliau membawa seorang di muka beliau
dan yang lain di belakang beliau." (Dan dari jalan Ayyub, dia berkata,
"Disebutkan tiga anak yang nakal di sisi Ikrimah, lalu ia berkata, 'Ibnu
Abbas berkata, 'Rasulullah datang sambil membawa Qutsam di depan beliau dan
Fadhl di belakang beliau, atau Qutsam di belakang beliau dan Fadhl di depan
beliau. Maka, manakah di antara mereka yang nakal? Atau, manakah di antara
mereka yang baik?'").
Datangnya
Orang Bepergian di Rumah pada Waktu Pagi
(Saya
berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian
dari hadits Ibnu Umar yang tertera pada nomor 760 di muka.")
Masuk Rumah
pada Waktu Sore
Anas
berkata, "Nabi tidak datang pada istrinya di malam hari (ketika pulang
dari bepergian), beliau tidak masuk melainkan pada pagi atau sore hari."
Janganlah
Seseorang Mengetuk Pintu Rumah Keluarganya (Pada Waktu Malam) Jika Telah Sampai
di Madinah (Kotanya)
Jabir r.a. berkata, "Nabi melarang seseorang mengetuk pintu keluarganya pada malam hari." (Dalam satu riwayat: Beliau tidak menyukai seseorang datang dan mengetuk pintu keluarganya (pada waktu malam) 6/161. Dan dari jalan lain dari Jabir, ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Apabila seseorang dari kamu lama bepergian, maka janganlah ia mengetuk pintu keluarganya pada malam hari (ketika pulang).'"
:Orang yang
Mempercepat Kendaraannya Ketika Telah Sampai di Madinah (Kotanya)
. Anas r.a. berkata,
"Rasulullah apabila telah datang dari bepergian, lalu ia melihat pepohonan
yang besar-besar kota Madinah, maka beliau mempercepat untanya. Dan, jika
untanya merayap, maka digerak-gerakkannya (karena rindu kepada keluarga
2/224)."[6]
Firman Allah, "Masuklah Ke Rumah-Rumah Itu dari Pintu-Pintunya"
. Al-Bara'
r.a. berkata,
"Ayat
ini diturunkan mengenai keadaan kami. Kaum Anshar itu apabila mengerjakan haji
(dalam satu riwayat: apabila telah melakukan ihram pada zaman jahiliah 5/ 157),
kemudian setelah datang dari haji, mereka tidak mau memasuki rumah mereka dari
arah pintu rumah mereka, tetapi masuk dari arah belakang rumah. Kemudian ada
seorang Anshar datang dari haji dan memasuki rumahnya dari pintu depannya.
Kelihatannya orang tersebut diolok-olok oleh kawannya, kemudian turunlah ayat
189 surah al-Baqarah,
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِىَ مَوَٰقِيتُ لِلنَّاسِ وَٱلْحَجِّ
ۗ وَلَيْسَ ٱلْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ
مَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَٰبِهَا ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
' Mereka
bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan
memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya;
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung..'"
Bepergian
Itu Adalah Sepotong dari Siksa
Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Bepergian itu adalah sepotong
dari siksaan yang menghalangi seseorang dari kamu dari makannya, minumnya, dan
tidurnya. Apabila ia telah menyelesaikan keperluannya, maka hendaklah ia segera
(pulang) kepada istrinya."
Orang yang Bepergian Apabila Menganggap Penting Perjalanannya, Supaya Mempercepat Jalannya Agar Dapat Segera Pulang Kembali Kepada Keluarganya
(Saya
berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian
dari hadits Ibnu Umar.")
Catatan
Kaki:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar